Bicara Tangerang sejak tahun 2000 sudah bagian dari Banten, sejak 1904 data dokumen dari Musium Belanda kami mendapatkan foto dokumentasi topi bambu atau topi panama sejak itu terkenal. Perjalanan kangagus bersama komunitas topibambu saat ini membantu produk lokal agar tidak terlupakan, berikut ini peranan mahasiswaa (aligibran Ramadhan) bersama komunitas topibambu membuat Film Dokumenter semoga para pembaca melihat saat ini dan yang akan datang dapat memberikan catatan yang tidak terlupakan untuk mu Tangerang Gemilang.
Asal Mula Penduduk Tangerang
Latar belakang penduduk yang mendiami
Tangerang dalam sejarahnya dapat diketahui dari berbagai sumber antara lain
sejumlah prasasti, berita-berita Cina, maupun laporan perjalanan bangsa kulit
putih di Nusantara.“Pada mulanya, penduduk Tangeran boleh
dibilang hanya beretnis dan berbudaya Sunda. Mereka terdiri atas penduduk asli
setempat, serta pendatang dari Banten, Bogor, dan Priangan. Kemudian sejak
1526, datang penduduk baru dari wilayah pesisir Kesultanan Demak dan Cirebon
yang beretnis dan berbudaya Jawa, seiring dengan proses Islamisasi dan
perluasan wilayah kekuasaan kedua kesultanan itu. Mereka menempati daerah
pesisir Tangeran sebelah barat”.[1]Orang Banten yang menetap di daerah
Tangerang diduga merupakan warga campuran etnis Sunda, Jawa, Cina, yang
merupakan pengikut Fatahillah dari Demak yang menguasai Banten dan kemudian ke
wilayah Sunda Calapa. Etnis Jawa juga makin bertambah sekitar tahun 1526
tatkala pasukan Mataram menyerbu VOC. Tatkala pasukan Mataram gagal
menghancurkan VOC di Batavia, sebagian dari mereka menetap di wilayah Tangeran.Orang Tionghoa yang bermigrasi ke
Asia Tenggara sejak sekitar abad 7 M, diduga juga banyak yang kemudian menetap
di Tangeran seiring berkembangnya Tionghoa-muslim dari Demak.
Di antara mereka kemudian banyak yang beranak-pinak dan melahirkan warga
keturunan. Jumlah mereka juga kian bertambah sekitar tahun 1740. Orang Tionghoa
kala itu diisukan akan melakukan pemberontakan terhadap VOC. Konon sekitar
10.000 orang Tionghoa kemudian ditumpas dan ribuan lainnya direlokasi oleh VOC
ke daerah sekitar Pandok Jagung, Pondok Kacang, dan sejumlah daerah lain
di Tangeran.. Di kemudian hari, di antara mereka banyak yang
menjadi tuan-tuan tanah yang menguasai tanah-tanah partikelir.Penduduk berikutnya adalah
orang-orang Betawi yang kini banyak tinggal di perbatasan Tangerang-Jakarta.
Mereka adalah orang-orang yang di masa kolonial tinggal di Batavia dan mulai
berdatangan sekitar tahun 1680. Diduga mereka pindah ke Tangeran karena
bencana banjir yang selalu melanda Batavia.Menurut sebuah sumber, pada tahun
1846, daerah Tangeran juga didatangi oleh orang-orang dari
Lampung. Mereka menempati daerah Tangeran Utara dan membentuk
pemukiman yang kini disebut daerah Kampung Melayu (Thahiruddin, 1971)[2]. Di jaman kemerdekaan dan Orde Baru,
penduduk Tangerang makin beragam etnis. Berkembangnya industri di sana,
mengakibatkan banyak pendatang baik dari Jawa maupun luar Jawa yang akhirnya
menjadi warga baru. Menurut sensus penduduk tahun 1971, penduduk Tangerang
berjumlah 1.066.695, kemudian di tahun 1980 meningkat menjadi 1.815.229 dan
hingga tahun 1996 tercatat mencapai 2.548.200 jiwa. Rata-rata pertumbuhan
per-tahunnya mencapai 5,23% per tahun.Untuk sekedar memetakan persebaran
etnis-etnis di Tangerang, dapat disebutkan di sini bahwa daerah Tangerang Utara
bagian timur berpenduduk etnis Betawi dan Cina serta berbudaya Melayu Betawi.
Daerah Tangerang Timur bagian selatan berpenduduk dan berbudaya Betawi. Daerah
Tangeran Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda. Sedang daerah Tangeran Utara
sebelah barat berpenduduk dan berbudaya Jawa[3]. Persebaran penduduk tersebut
di masa kini tidak lagi bisa mudah dibaca mengingat banyaknya pendatang baru
dari berbagai daerah. Maka, apabila ingin mengetahui persebaran etnis di
Tangerang, tentunya dibutuhkan studi yang lebih mendalam.sumber dari [1] Halim, Wahidin. Ziarah Budaya Kota
Tangeran Menuju Masyarakat Berperadaban Akhlakul Karimah, Tangerang, 2005
[2] Migrasi orang Lampung ke Tangerang, diduga
terkait perlawanan penguasa Lampung terhadap pemerintahan kolonial pada tahun
1826. Perlawanan ini di pimpin Raden Imba dari Keratuan Darah Putih. Tahun 1826
sampai dengan 1856 merupakan masa perang Lampung (Perang Raden Intan).
Ikutan nongkrong yuk , bisa nonbar bareng kawan n seru seruan bareng F4n588371n9 :) WA @ +855 963 156 245 line @ fansbetting wechat @ fansbetting3 bersama dengan kami CS fansbetting thankyou,,,
Ikutan nongkrong yuk , bisa nonbar bareng kawan n seru seruan bareng F4n588371n9 :)
BalasHapusWA @ +855 963 156 245
line @ fansbetting
wechat @ fansbetting3
bersama dengan kami CS fansbetting thankyou,,,
G4M3 { Onl1n3 } F4n583771nG J01nt y4 :)
BalasHapusWA @ +855 963 156 245
line @ fansbetting
wechat @ fansbetting3
bersama dengan kami CS fansbetting thankyou,,,