Rabu, 22 Mei 2013 lalu Topi Bambu mendapat kesempatan diliput oleh Antara TV, yang merupakan salah satu divisi penyiaran dari kantor berita legendaris kebanggaan Indonesia, yaitu Kantor Berita Antara. Dalam liputan tersebut, banyak hal yang diliput oleh rekan-rekan dari Antara, mulai dari liputan ke galeri Komunitas Topi Bambu di Cikupa, lanjut ke Kampung penganyam di Kecamatan Jambe sampai ke Kampung para pencelup warna Topi Bambu di Kecamatan Sindang Jaya.
|
Liputan Pertama Di Galeri Sederhana Komunitas TopiBambu |
Di galeri Komunitas Topi Bambu, rekan dari Antara TV meliput galeri kami yang sebetulnya masih bisa dikatakan sederhana. Tapi meskipun sederhana, galeri ini bisa dikatakan sebagai tempat terlengkap dalam menyimpan koleksi anyaman Topi Bambu baik untuk model topi yang masih diproduksi, hingga yang sudah menjadi sejarah manis namun mulai dihidupkan kembali oleh Komunitas Topi Bambu. Di galeri tersebut banyak contoh display dari variasi kerajinan Topi Bambu hingga produk turunannya seperti Tas dari anyaman bambu, tempat tisu dan tudung belenong.
Setelah cukup melakukan rekaman gambar dan wawancara di galeri, kami lantas menuju ke kampung para penganyam di Kecamatan Jambe, yang merupakan kecamatan paling selatan di Kabupaten Tangerang dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor. Dari Cikupa sendiri dengan keadaan lancar, bisa ditempuh dalam waktu 40 menit menggunakan mobil.
|
Salah Satu View Indah Di Kecamatan Jambe Yang Sudah Jarang Ditemukan Di Cikupa :) |
|
Di Rumah Mang Rahman, Salah Satu Penganyam Di Kecamatan Jambe |
Awal mula proses produksi Topi Bambu dimulai dari sini, di Kecamatan Jambe. Topi Bambu berbahan dasar irisan-irisan bambu yang sangat tipis. Irisan-irisan tersebut dibuat secara manual menggunakan pisau biasa, karena mesinnya sendiri memang belum ada yang mampu membuatnya. Lalu, irisan-irisan tersebut dianyam di atas sebuah cetakan berlubang, yang berfungsi untuk membuat lingkaran kepala. Hingga akhirnya Topi Bambu setengah jadi berhasil dibuat.
Mayoritas para penganyam sendiri memang masih mengandalkan pesanan Topi Bambu Pramuka, yang nilai jual di pasarannya masih sangat murah. Untuk Topi Bambu Koboy, Laken dan sebagainya, yang merupakan model yang kami coba angkat kembali, pesanannya memang belum sebanyak Topi Pramuka, Tapi tentu saja, harga jual Topi Bambu Koboy dan Laken bisa berkali-kali lipat dari Topi Pramuka, karena memang ada peningkatan mutu dan desain.
Lanjut, dari sini topi yang sudah diproduksi tidak langsung dijual ke konsumen. Di Kecamatan Jambe ini, para penganyam hanya sebatas menganyam setengah jadi. Untuk proses
finishing, topi-topi ini di kirim ke Kecamatan Sindang Jaya yang letak sebenenarnya dekat dengan Kecamatan Cikupa.
|
Di Bengkel Sederhana Mang Uci, Kecamatan Sindang Jaya |
Dari Kecamatan Jambe, kami lantas meluncur menuju ke Sindang Jaya, melanjutkan liputan ke salah satu orang yang bertugas menyempurnakan produksi Topi Bambu, Mang Uci Sanusi. Di Sindang Jaya sendiri, topi-topi yang diambil dari para penganyam lantas diberi warna. Bagian dalam lingkar kepala diberi alas kain dan untuk bagian pinggiran dijahit dengan ditutupi kain pula. Barulah setelah sempurna, Topi Bambu Pramuka dijual ke para agen untuk dikirim ke seluruh Nusantara, dan di pakai oleh para Praja Muda Karana Indonesia.
|
Topi Bambu Laken Dan Topi Bambu Pramuka Dari Kabupaten Tangerang |
Tapi hanya saja ada sedikit kabar tak sedap beredar. Menurut mang Uci, katanya Topi Bambu Pramuka sudah mulai ada saingan dengan Topi Pramuka yang terbuat dari plastik, yang merupakan topi impor dari China. Bayangkan, jika sampai topi plastik tersebut bisa menguasai pasar dalam negri, semakin habis sudah catatan kejayaan Topi Bambu, yang produk andalannya saat ini adalah Topi Pramuka.
Jika saja topi pramuka plastik menguasai pasar tentu pertama dari sisi produksi, produsen topi pramuka plastik tersebut sudah pasti akan mampu menyelesaikan pesanan sebanyak mungkin, mengalahkan kapasitas produksi para pengrajin. Kedua tentu, nasib para pengrajin di Kecamatan Jambe dan Sindang Jaya akan semakin memprihatinkan.
Hmm... Tapi untuk menyikapi hal tersebut tentunya kembali kepada konsumen Topi Bambu Pramuka. Ingin menggunakan Topi
'Handmade' yang kualitasnya secara keseluruhan lebih baik, atau Topi plastik buatan pabrik di luar negri yang akan mematikan usaha ribuan pengrajin di Kabupaten Tangerang. Semoga kita tetap masih cinta dan suka produk Indonesia.
|
Photo Bareng Rekan-rekan Dari Antara |
Oh iya, liputan dari Antara TV ini adalah liputan dari media televisi untuk yang kesekian kalinya dari teman-teman di media TV. Mereka sangat antusias untuk mengabarkan kerajinan Topi Bambu, yang di Kabupaten Tangerang sendiri mulai terlupakan. Semoga dengan semakin banyaknya liputan, Topi Bambu buatan para pengrajin bisa kembali berjaya dan terkenal. Tak hanya dipakai oleh para anggota Pramuka, tapi dipakai oleh siapa saja. Jika saja hal itu terwujud, impian untuk mengekspor secara massal seperti dulu bukan lagi menjadi khayalan. Amin.
(Agung H/Bgenk Kasep)
Harus kerjasama dengan Ketua Gerakan Pramuka nasional agar jangan sampai Pramuka memakaitopi plastik. Selain tidak ramah lingkungan, itu juga dapat mematikan usaha pengrajin topi bambu.
BalasHapus